Lumayan loh ceritanya bagi penulis pemula
Selamat Membaca :)
Jangan lupa juga untuk saran dan kritiknya ya ;)
Namanya
Bintang. Usianya yang sebentar lagi genap 16 tahun membuatnya seakan butuh untuk menjalin hubungan. Sebelumnya, Bintang
hanyalah remaja pendiam yang senantiasa memendam segala rasanya pada perempuan
yang disukainya. Mengungkapkan perasaannya pada perempuan adalah kelemahannya.
Dan
ini lah cinta pertamanya. Dimana Bintang mulai merasakan memiliki seseorang
yang special, yang setiap saat peduli dengannya. Namanya Tiara. Mereka seusia.
Lahir di tahun dan bulan yang sama dan hanya berbeda sehari saja. Tiara memang
tidak terlalu cantik, tapi ia memiliki mata yang dapat memancarkan
kecantikannya.
Mulanya,
Bintang dan Tiara hanyalah teman bimbel yang di setiap pertemuan mereka di
tempat bimbel selalu bercerita banyak hal hingga mereka saling paham karakter
masing-masing dan nyaman satu sama lain. Bisa di bilang setelah 3 bulan pertemanan
itu, mereka telah menjadi sahabat. Hingga terjadi sesuatu yang membuat jantung
Bintang berdebar kencang karenanya.
Saat
itu, Bintang sangat lapar hingga begitu bersemangat melahap bakso yang baru
saja diantarkan ke mejanya. Bintang memang sungguh lapar, hingga hampir tak ada
jeda dalam suapannya hingga makannya belepotan. Perlahan Tiara mencondongkan
badannya ke arah Bintang dengan tatapannya yang lurus. Entah kenapa Bintang
merasa salah tingkah.
“Kunyuk
----panggilannya untuk Bintang----, makan itu pelan-pelan. Jadinya kan
belepotan.” Ucap Tiara sambil menghapus noda di sekitar bibir Bintang. Bintang
hanya menahan nafas. Ini kesekian kalinya Tiara memberikan perhatian lebih
kepadanya.
“Ahh,
emmm.. Hehe.” Ucap Bintang betul-betul salah tingkah. Lalu kembali melanjutkan
makan bakso nya yang masih tersisa sedikit.
Selesai
makan, Bintang langsung mengantar Tiara pulang. Selama di jalan, selalu saja ada
yang menjadi pembahasan mereka. Awalnya hanya membicarakan film action terbaru
Indonesia, eh, tau-taunya berlanjut membahas pemerannya hingga kehidupan tiap
pemainnya.
“Sampai.!”
Ucap Bintang memberhentikan motor tepat di depan pagar rumah Tiara. Tiara pun
turun dari boncengannya. “Makasih lagi.” Ucapnya lalu melambaikan tangannya
menunnggu hingga Bintang hilang di kegelapan malam.
***
Ya,
ini bukan sekedar rasa suka saja. Bintang mencintainya meski 20% dari hatinya
belum terlalu yakin. Tapi dari semua yang telah dilakukannya bersama, hingga
berapa jam kemudian Bintang menyimpulkan Tiara lah cinta pertamanya. Dan hari
ini juga Bintang memutuskan untuk menembaknya sepulang les.
TrrrrrrrrrTrrrrrrrrrrr
…… bel berbunyi. Les hari ini berakhir. Hari ini dimana seminggu lagi, 20 april
Bintang bertambah umur.
“Ra,
kita ke taman yuk.” Ajak Bintang mungkin agak sedikit memaksa karena
menggenggam erat tangan Tiara.
Tiara
sempat menimbang-nimbang. “Tumben banget.” Ucapnya lalu menarik tangan Bintang
begitu bersemangat. Bersemangat karena Tiara memang menyukai taman.
Bintang
terdiam selama perjalanan menuju taman, memikirkan tiap kata romantis apa saja
yang akan di ucapkannya nanti. Namun sulit rasanya karena ini yang pertama kali
untuk Bintang. Sementara Tiara asik sendiri menceritakan kisah sedihnya tadi
pagi yang harus membersihkan 5 wc karena terlambat datang ke sekolah.
Tiara
turun dari boncengan dan lebih dulu lalu menuju bangku taman yang menghadap
keramaian tempat bermain untuk anak-anak. Bintang berjalan ragu mengikuti dari
belakang karena belum sama sekali menemukan kata-kata yang indah.
“Ra,”
“Ya”
Bintang kembali pada pikirannya, mencari-cari kata sebagai permulaannya. “Kok
jadi kaku sih terang?” Tanya Tiara yang merasa ada yang aneh dari Bintang.
“Mmmm,,
I Love U Ra.” Ucap Bintang to the point namun ragu. Tiara makin merasa heran,
dahinya mengkerut menatap Bintang dengan cekikikannya yang lembut.
“Apa
tadi ? Aku gak denger nih!” ucapnya menertawai Bintang.
Bintang
lalu menarik nafas pelan, agak kesal. “I Love U.” ulangnya dengan ragu lagi.
“Aku
gak salah dengar kan?” Tanya Tiara kembali meyakinkan pendengarannya.
“Gak
ra. Kamu mau kan jadi pacarku?” Bintang pun berani meyakinkan Tiara dengan
tatapan yang dalam pada mata Tiara. Tiara terdiam, memikirkan sesuatu,
ekspresinya terlihat sedikit shock.
“Ra,
aku emang bukan cowok romantis yang bisa merangkai
kalimat dalam mengungkapkan perasaan ku kepada perempuan yang aku cintai, ini
karena aku pertama kalinya menyukai seseorang, tapi aku bisa romantis dalam
membuatmu bahagia.” Jelas Bintang panjang lebar. Namun, Tiara masih terdiam dan
kini menatap Bintang dengan raut sedih.
“Kenapa
ra? Kamu gak bisa terima aku? Gak suka aku?” Tanya Bintang merasa kecewa karena
Tiara terlihat begitu sedih. “Gak papa ra. Aku jadi sahabat kamu udah syukur
banget.” Tambah Bintang lalu menyunggingkan senyum paksanya menahan luka. Cinta
pertama di tolak?? Gimana selanjutnya??!! Bintang lalu menunduk karena Tiara
masih mengunci erat mulutnya.
“Aku
juga, jadi orang terdekat denganmu udah syukur banget.” Ucap Tiara membangunkan
Bintang dari tundukan. Bintang membasalas dengan senyuman. “Dan kamu menjadi
kekasihku itu lebih dari syukur.” Ucap Tiara membuat Bintang terkejut. Seketika
kedua tangan Tiara memeluk Bintang. Erat dan tenang. Bintang membalas pelukan
itu.
***
Seminggu
berlalu dan hari ini ulang tahun Bintang. Umurnya kini genap 16 tahun. Dan
besok Tiara akan menyusulnya. Hari yang spesial di ulang tahun Bintang adalah
tahun ini karena kehadiran Tiara. Tiara terlihat begitu bersemangat untuk
merayakan hari ini. Sesekali Bintang memikirkan apa yang akan dihadiahkan Tiara
untuknya.
Bintang
lalu mengiriminya pesan karena tak bisa menahan rasa penasarannya.
“Sudah,
kamu tinggal duduk yang manis aja di rumah. Nanti aku datang kok dengan
kejutanku.” Balasnya.
Bintang
pun mengikuti perintah Tiara untuk tetap stay di rumah.
Di
tempat lain.
Pukul
04.00 sore. Tiara mengendarai motornya menyusuri jalanan kecil yang di setiap
pinggiran jalan adalah toko kado. Beberapa tempat telah di datanginya. Tapi tak
satupun ia menemukan benda kesukaan Bintang yang sangat dinginkannya sejak
mereka masih bersahabat.
Ini
toko ke 6 yang dimasukinya. Cukup ramai dan terlihat lengkap.
“Mba,
lampu tidur bentuk sapi masih ada gak?” Tanya Tiara pada salah satu karyawan di
toko tersebut. Belum menjawab, karyawan itu sudah berjalan menuju bagian rak
penyimpan lampu tidur. Tiara mengikuti dari belakang.
“Silahkan
liat di sini mba.” Ucap karyawan itu dengan senyum teramahnya mungkin lalu meninggalkan
Tiara.
Tiara
pun berjalan menyusuri raknya. Dilihatnya satu per satu, taka da yang berbentuk
sapi.Tiara meneruskan jalannya ke rak sebelah, dan diujung rak ada yang
berbentuk sapi. Di dekatinya lampu itu, ternyata satu-satunya.
Tanpa
berpikir lama, Tiara mengambil lampu itu dengan penuh rasa bahagia, Tiara lalu
menuju tempat pengambilan kertas pembungkus kado dan kertas bermacam bentuk
untuk menulis surat.Dan menuju meja kasir.
***
Jam
dinding menunjukkan pukul 8 malam. Tiara tak kunjung datang ke rumah.Rasa
gelisah dan takut sesekali menyelimuti tubuh Bintang. Kaki nya terasa sedikit
lemas untuk berjalan ke teras untuk menunggu kedatangan Tiara.
Perasaan
tidak lalu menggerogotinya. Bintang akhirnya menghubungi Tiara dan tersambung.
“Ya?”Tiara
menjawab.Bintang merasa sedikit lega karena masih ada hal yang membuatnya risau.
Entah hal apa itu.
“Kok
belum datang?Kamu dimana sekarang?Aku jemput ya!” Bintang langsung saja
bertanya.
“Gak
usah, aku udah mau dekat kok.” Tolak Tiara. Suaranya terdengar samar karena
suara kendaraan lain.
“Kamu
di jalan ya?” Tanya Bintang lagi-lagi berusaha menghapus kekhawatiranku.
“Ia.”
Jawabnya singkat.
“Kamu
ada yang antar kan?” Tanya Bintang dan malah makin gelisah.
Sambungan
ke Tiara seketika putus. Bintang melihat sinyal di laya hpenya, ternyata full. Mungkin
ponsel Tiara yang lowbet, pikirnya. Bintang kembali terduduk di depan rumah. 10
menit berlalu, Tiara belum saja muncul. Padahal rumah Bintang tidak terlalu
jauh dan susah untuk didatangi.
Bintang
mencoba menelfon sekali lagi. Mungkin tadi sinyal. Dan dugaannya benar. Tapi
yang mengangkat telfon Tiara suara pria. Membuat Bintang bingung.
“Mas
datang saja ke jalan pinang depan Gedung Seni.” Suara itu begitu terburu-buru. Bintang
bingung. Di ambilnya kunci motor dan tanpa mengenakan jaket menyusuri malam
yang dingin dengan beribu pertanyaan di kepala yang tak diketahuinya
jawabannya. Untung saja jalan pinang tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Terlihat
jelas dari jauh keramaian orang-orang yang berkumpul seperti mengelilingi
sesuatu. Bintang memarkirmotor nya agak jauh dari keramaian itu. Perasaan nya
mulai kacau. Fikirannya tertuju pada Tiara. Dadanya terasa sesak.Rasanya ingin
air mata nyatertumpah ruah membanjiri pipinya. Namun berusaha ditahannya dan
menghilangkan pikiran buruk tentang Tiara.
Bintang
lalu makin mendekati kerumunan dengan berjalan agak cepat. Sosok Tiara tak
tertangkap olehnya. Dan makin dekat hati Bintang makin kacau. Rasanya kakinya ngilu untuk lanjut
berjalan. Namun Bintang berusaha untuk menahan ngilu itu untuk bisa tau apa
yang sedang dikerumuni orang-orang.
Bintang
melihat seorang perempuan tua berumur sekitar 40 tahunan sedang menelfon di
dekat sebuah mobil yang telah menjadi perhatian orang-orang. Bintang
mengenalinya. Dari tingginya, dan segalanya Bintang hafal. Itu mamanya Tiara.
Tebakannya
akan Tiara rasanya sudah terjawab. Digesernya orang-orang yang mengerumuni
mobil avanza hitam. Air mata Bintang pun jatuh dengan derasnya. Dada nya sesak
tak mampu bernafas. Dilihatnya Tiara
yang sudah terbaring dengan lumuran darah.
“Tiaraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa….”
Teriak Bintang begitu keras hingga tak memperdulikan orang-orang yang melihatnya.
Dipeluknya
Tiara yang masih berlumuran darah. Ia masih sadarkan diri meski hanya dengan
membuka kecil kedua matanya. Air mata Bintang memang tak dapat terhenti malah
semakin deras. Hatinya rasanya hancur.
Bintang
lalu membuka bajunyadan kini telanjang dada. Di lapnya pelan darah yang terus
mengalir pelan di kepala Tiara. Jari Tiara bergerak. Mencoba meraih tangan kiri
Bintang yang memeluknya. Bintang lalu memegang tangan Tiara yang ingin
meraihnya. Air mata itu kembali menetes setelah beberapa detik tertahan. Dadanya
yang sesak semakin sesak.
Jari
Tiara mengarahkan jari Bintang ke arah jok depan. Bintang lihat apa yang
dimaksud Tiara. Sebuah bungkusan berwarna hijau kesukaan Bintang. Sejenak
Bintang tersenyum. Itu pergorbanan Tiara untukku, akan ku simpan selamanya,
janji Bintang dalam hati.
Sekarang
Tiara hanya menatap Bintang lekat. Berusaha kembali tersenyum, namun bibirnya
terlalu sulit untuk itu.Bintang kembali menetes. Tak bisa menyembunyikan lagi
kesedihannya yang sangat. Di kecupnya kening Tiara yang masih mengeluarkan
darah meski hanya sesekali, lalu membisikkan ke telinganya “I LOVE U. Selamanya
Ra. Kamu bertahan, ambulance bentar lagi.” Ucap Bintang dan kembali terisak.
Dan
ketika Bintang mengangangkat kepalanya menjauh dari telinga Tiara, Bintang
merasakan tubuh Tiara yang sangat lemas seakan memasrahkan Bintang memangkunya.
Bintang seketika mengecek nadi Tiara di leher, nihil. Tak terasa detakannya.
“Tiaraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.”
***
Tanggal
21 April 1996, ketika Tiara lahir ke dunia saat matahari mulai terbit. Dan hari
ini, 20 April 2012, ketika Tiara meninggalkan dunia saat matahari telah menjadi
bintang, dimana hari ini Bintang hidup untuk melengkapi silaunya Tiara. Dimana
Bintang harusnya bahagia.
“Ra,
kamu ingat hari ini kan? Kamu lahir untuk melengkapi terangnya bintang,
terangnya aku. Kamu pergi meninggalkan segalanya persis saat kamu lahir untuk
melengkapi segalanya.I Love U Ra. Makasih sudah mau jadi pelengkap ku selama
hampir 4 bulan ini. Singkat banget. Aku kasi kamu mawar putih ra.Karna aku tau
kamu paling suka warna putih, termasuk bunga ini.”
“Aku
pulang dulu. Kamu tenang di sana. Love you.”
***
Bintang
pulang dengan hati berat. Tak tega meninggalkan kuburan Tiara. Air matanya
tiada terhenti mengingat awal pertemuan mereka hingga kebersamaan nya dengan
Tiara ketika telah menjadi sepasang kekasih hingga hari kemarin, dimana Bintang
harus bahagia bersama Tiara.
Bintang
lalu teringat dengan bungkusan yang telah diperjuangkan Tiara untuknya.
Dibukanya
pelan kotak berbentuk hati itu. Isinya sebuah lampu tidur bentuk sapi yang
diinginkannya sejak masih bersahabat dengan Tiara. Bintang tersenyum
membayangkan betapa bahagianya dia ketika Tiara memberikannya ini.
Mata
Bintang lalu menangkap sebuah surat di dalamnya.
Dear
My Star ::
Terima
kasih sudah menjadi temanku selama 3 bulan ini
Terima
kasih sudah memilihku untukmu
Terima
kasih sudah selalu membuatku bahagia
meski
terkadang aku membuatmu jengkel
Aku
sama sepertimu
Tak
tau menjadi seorang romantis di momen yang romantis
Selamat
tambah umur My Dear, U are My Star
I
Love You So Much Forever
Tiara,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar